MENURUNNYA MINAT BACA DI KALANGAN REMAJA

Menyatukan Permasalahan pergaulan dengan menurunnya minta baca di kalangan remaja
BUDAYAKAN kegemaran membaca sejak sangat dini. Kebiasaan membaca itu hendaknya bukan saja menjadi milik yang dinikmati sendiri. Lebih dari itu kegemaran membaca harus menyebar di masyarakat. Dengan demikian kebiasaan dan kegemaran membaca itu akan memberi makna bagi masyarakat luas. Membaca menjadi kunci ilmu sehingga kebiasaan membaca menjadi kata kunci untuk membuka seluruh ilmu yang bertebaran di masyarakat. Bukan saja ilmu yang tertuang dalam naskah di perpustakaan melainkan ilmu yang berhamparan di muka peradaban manusia di buka bumi ini. 
Masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim memiliki kebiasaan membaca, sebagaimana al Quran memperintahkan kepada masyarakat muslim untuk iqra' membaca. Bukan saja membaca secara harfiah menelusuri huruf-huruf yang bertebaran dalam kata dan kalimat. Lebih luas dari makna membaca yang diharapkan, mencari, mendalami dan mengkaji berbagai ilmu di masyarakat. Ilmu yang terhampar dalam kehidupan umat manusia sehingga akan menjadi kekayaan yang sangat besar bagi peradaban dunia.
Masyarakat muslim yang memiliki kebiasaan membaca hendaknya lebih mengarah kepada cara membaca secara benar, bukan saja membaca teks yang terhidang dalam sebuah naskah. Lebih dari itu membaca alam dengan seluruh isinya. Membaca dalam pengertian yang seluas-luasnya. Dengan demikian akan memperoleh manfaat yang lebih banyak dari sebatas ilmu yang ada dalam literatur. Kualitas membaca belum sebanding dengan kuantitas bacaah sehingga seperti disaksikan saat ini kualitas manusia Indonesia sangat rendah, terutama di kalangan remaja. Kuantitas membaca belum sebanding dengan kualitas sehingga terjadi ketimpangan antara jumlah bacaan dan isi yang dikandungnya. Rendahnya kualitas generasi muda Indonesia antara lain disebabkan minat baca masyarakat Indonesia yang masih sangat rendah. Kondisi itu ditambah budaya lisan di masyarakat yang masih kuat, dibandingkan dengan budaya baca tulis. Mulai dari usia dini sampai usia dewasa, budaya lisan lebih kuat sehingga wawasan mereka menjadi kurang berkembang. Kalau ingin membangun bangsa ini menjadi bangsa yang maju dan berkualitas, sejak dini anak-anak Indonesia harus dipacu untuk gemar membaca. Melalui buku-buku yang dibaca akan timbul suatu wacana baru dan akan membuka cakrawala berfikir anak-anak ini, sehingga mereka akan menjadi generasi muda yang berkualitas dalam menyongsong era globalisasi. 
Hal itu terungkap dalam dialog interaktif antara Wakil Ketua I Yayasan Damandiri Prof Dr H Haryono Suyono dengan peserta Lomba Nasional Gemar Membaca Tingkat SD,SMP, dan SMA yang datang dari 18 propinsi di Indonesia di Jakarta beberapa waktu lalu. Kegiatan yang diselenggarakan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Perpustakaan bekerjasama dengan Yayasan Dana Sejahtera Mandiri ini, diharapkan dapat ditularkan kepada masyarakat luas, untuk membangun masyarakat yang lebih sejahtera. Dengan gemar membaca pengetahuan yang mereka dapatkan bukan hanya untuk kepentingan mereka sendiri, tapi juga mereka dapat membacakan untuk orang lain yang ada disekitar mereka. Hal ini terjadi karena masih banyak anak-anak disekitar mereka yang kurang beruntung dan tidak dapat melanjutkan sekolah seperti mereka. 
Bukan hanya itu, para pemenang lomba gemar membaca ini juga dapat menjadi pendamping mereka yang tidak bersekolah dengan cara membentuk kelompok-kelompok belajar dan saling tukar menukar cerita dan pengalaman. Dalam kegiatan ini mereka tidak hanya dituntut untuk pandai membaca saja, tapi juga dilatih bagaimana mengerjakan sesuatu secara team work (bersama-sama). Kegiatan ini merupakan suatu moment yang sangat penting bagi upaya peningkatan kualitas generasi muda Indonesia di masa depan melalui kegiatan gemar membaca. Dari berbagai penelitian disebutkan rendahnya kualitas generasi muda Indonesia dikarenakan rendahnya minat baca masyarakat Indonesia mulai dari usia dini sampai usia dewasa, sehingga wawasan mereka menjadi kurang berkembang. Tahun 2005 ini diharapkan kemiskinan dapat diturunkan separohnya, kesehatan juga akan lebih baik, dan masyarakat yang buta aksara juga akan menurun, terlebih dengan generasi muda yang gemar membaca mereka akan menjadi aset yang berharga bagi keluarganya, dan masyarakat disekitarnya. Selain itu mereka juga akan menjadi sumber kehidupan, termasuk ibu-ibu yang buta aksara, mereka mungkin bisa menjadi pendamping belajar di kelompok Kejar Paket A yang banyak berdiri di berbagai pelosok tanah air. Kesempatan ini harus disongsong dengan sebaik-baiknya. 
Kalau dilihat dari minimnya jumlah peserta yang datang ke Jakarta, mungkin lebih disebabkan karena minimnya dukungan Pemda. Ia harus mengeluarkan koceknya sendiri, baik untuk biaya transportasi maupun biaya hidup dirinya bersama putri tercintanya. Sampai kini dari Pihak Pemda NTB sama sekali belum memberikan dukungan baik moril maupun materil, padahal sangat disayangkan bila ada siswa yang potensial dalam dunia pendidikan tidak disertakan dalam lomba yang sifatnya nasional seperti Lomba Nasional Gemar Membaca 2005 ini. Tahun 2005 ini diharapkan kemiskinan dapat diturunkan separohnya, kesehatan juga akan lebih baik, dan masyarakat yang buta aksara juga akan menurun. Terlebih dengan generasi muda yang gemar membaca, mereka akan menjadi aset yang berharga bagi keluarganya, dan masyarakat di sekitarnya. Selain itu mereka juga akan menjadi sumber kehidupan, termasuk ibu-ibu yang buta aksara, mereka mungkin bisa menjadi pendamping belajar di kelompok Kejar Paket A yang banyak berdiri di berbagai pelosok tanah air. Kesempatan ini harus disongsong dengan sebaik-baiknya.


Kesimpulan:

Dari data di atas kita dapat mengetahui minat membaca di indonesia masih rendah,kita dapat menumbuhkan minat membaca dengan 2 cara diatas.

Saran:
Seharusnya minat membaca harus digalakkan sejak kita masih dini.

0 komentar: